Rabu, 12 Oktober 2011

Penyakit apa ini?

Penyakit apa ini?

Kadang saya bertanya. Sebenarnya rahasia apa yang ada di balik meninggalnya emi.
Saya tahu semua memang sudah jalannya, semua memang sudh harus begitu, tapi namanya juga manusia, bolehkan saya ingin tahu, bolehkan saya bertanya. Saya boleh kan menjelaskan argumen saya sendiri?
Sejak SMP, khususnya kelas tiga, saya tahu emi mengalami penyakit yang tidak wajar. Bukan penyakit sebenarnya, lebih tepatnya diganggu oleh 'itu' (makhluk lain). Dulu emi sering diam sendiri. Ikut kumpul sama saya dan teman lainnya, tapi saat diajak bicara, ia hanya menoleh ke orang yang mengajaknya bicara, tanpa menjawab, dan menunjukkan ekspresi bingung.
Setelah kurang lebih seminggu, ia sembuh. Dia bercerita bahwa ada jin yang masuk ke dalam tubuhnya sebanyak 28 jin. Meeka berbicara dengan keras di telinganya, membisikkan kata2 kotor sehingga jika saya, atau teman saya berbicara dengan dia, dia tidak mendengar. Dia mendengar, namun samar. Jadi kita memakluminya.
Lalu setelah itu, sekitar dua, sampai tiga bulan kemudian, dia begitu lagi. Namun ini lebih parah, karena waktunya bertepatan dengan ujian nasional dan ujian sekolah. Hilmi (emi) yang dulunya sangat cerewet (baca kupu2 yang sudah terbang tinggi) sangat aktif, suka menyanyi2 dinkelas dengan bahasa korea, kini berubah. Jadi lebih banyak diam, pandangan kosong, jarang tersenyum. Sering kita (saya, dan teman2 sekelas) melihat tangan emi penuh luka. Dari cerita ibunya, saya ketahui bahwa emi sering menggaruk tangan, kakinya tanpa sadar sampai luka. Kadang, kata ibu emi juga, emi sering sekali wudhu. Ia mengambil air wudhu, lalu kering, ia wudhu lagi, begitu terus.
Kasihan sekali, saya sempat melihat saat ujian sekolah bahasa Indonesia, emi tidak menulis apapun di lembar jawabannya. Ada apa emi? Tak bisakah kamu melawan sakitmu itu? :(
sampai akhirnya nilai ujianmu sangat buruk sehingga sulit buat kamu mencari sekolah.
Lalu SMA. Kita berpisah. Masuk ke SMA pilihan masing2. Dari inggjl yang satu sekolah dengan kamu, saya mendengar kamu sudah seperti dulu. Cerewet, ceria, dan polos. Sayang kita tidak pernah berkumpul lagi semenjak kita pisah SMA. Tak ada kabar apa2 lagi yang saya tau sampai akhirnya kami reiana (baca d'vlinder reiana) mendapat kabar kamu sakit. Kami tidak menjengukmu secara bersama2. Kita nggak kompak kayak dulu lagi. Maaf emi :(. Saya sempat menjengukmu sendiri, saya memutuskan tidak masuk sekolah untuk menemanimu seharian dirumah. Sekitar seminggu sebelum kepergianmu. Baru saya sadari, kamu berbeda waktu itu. Mungkin ada mitos bahwa 40 hari sebelum seseorang meninggal, ia sudah menjadi jenasah. Saya merasakan bedanya sifatmu. Kamu menceritakan semua masa kecilmu, sesuatu yang menurut saya sangat tidak pentin. Ceritamu saat tidak bisa naik mobil karena mabuk darat. Banyak cerita2 naglur ngidul, yang nggak jelas kamu ceritakan ke saya. Ternyata mungkin kamu ingin menyampwikan sesuatu pada saya, tapi saya tak tahu apa itu. Lalu kami mendengar pada tanggal 27 April, tepat di hari ulangtahunmu, kamu masuk rumah sakit. Inggil yang menjenguk kamu duluan, lalu saya dan rini punya rencana menjengukmu bersama sepulang sekolah karena saya dan rini satu sekolah, pada tanggal 29 , tiga hari kamu sudah dirumah sakit. Tapi kabar mengejutkan datang, hari itu, kamis, 29 April, kamu meninggalkan kami. Kamu pergi untuk selamanya. Emi :(. Penyesalan langsung datang ke diri saya. Menyesal, sungguh menyesal. Melihat tubuhmu terdiam, tanpa nafas, tanpa suara, terbaring di tempat itu.
Yang kami tau kamu meninggal karena penyakitmu, penyakit radang tenggorokan. Tapi saya heran, separah apa penyakit tenggorokan sampai membawa kematian?
Setelah SMA kelas dua, saya bercerita tentang emi ke teman saya. Ternyata dia mempunyai nenek yang tinggal tepat di depan rumah emi. Dia tahu tentang kisah aneh meninggalnya kamu mi.
Dia bercerita awal dari semuanya adalah bahwa rumah kamu itu memang agak sedikit 'angker'. Karena pas disamping rumahmu kuburan, tempat kamu sekarang di makamkan. Konon, di sekitaran rumah emi, tepatnya di sebelah pagar depan, ada sebuah pohon yang menjadi tempat finggal 'itu'. Suatu ketika ayah emi menyiram air panas kesana. Dan itu melukai anak dari 'itu'. Si itu marah karena anaknya terluka daningin membalas dendam ke anak2 dari  ayah emi. Makanya emi sempat terserang penyakit. Karena katanya 'itu' ingin membalasa ke anak perempuan dewasa ayah emi. Dan anak perempuan yang sudah baliq di rumah itu hanya emi. Adiknya masih kecil.
Namun terjadi negosiasi antara ayah emi denagn 'itu'. (ini menggunakan bantuan 'orang pintar') negosisasinya adalah tak ada balas dendam namun 'itu' diberikan kesempatan tinggal dirumah itum di pohon depan rumah emi.
Namun kejadian kembali terjadi, ayah emi lagi2 melakukan ulah. Dia memangkas habis pohon itu, alasannya sudah mengenai kabel listrik.
'itu' sangat marah, karena rumahnya di rusak. Dia marah sekali dan meminta tumbal yang sama yaitu anak perempuan. Bersamaan dengan dipangkasnya pohon itu, emi kembali sakit. Dsn bukannya dibawa ke orang ahli seperti kyai yng bisa menyembuhkan permasalahan2 seperti itu (saya tidak memungkiri yang seperti itu nyata). Lalu benar saja, tiga hari setelah itu kamu meninggal, tapi katanya karena radang tenggorokan. Padahal kata teman2mu yang menjengukmu di rumah sakit, kamu tidak terlihat seperti orang sakit karena kamu sehat dan tidak pucat.
Tak taulah bagaimana cerita benarnya, yang pasti memang sudah ini jalanmu, jalanmu untuk perhi. Bagaimanapun rasa penasaran saya untuk mengungkapkan semua, kamu sudah tak ada. Saya hanya bisa iklas, mendoakan kamu. We love you :)

0 komentar:

Posting Komentar